Kekuatan Tulisan | Liang Solusi
Beranda Cerpen Informasi Soal Online Kelas VI Soal Online Kelas V Soal Online Kelas IV Soal PH Soal PTS Soal PAS Soal Matematika Soal Literasi Soal Numerasi Soal US Artikel Perangkat KBM Materi Kelas VI Materi Kelas V Materi Kelas IV Motivasi Solusi Profile Contact

Sabtu, 14 November 2020

Kekuatan Tulisan

Kekuatan Tulisan
Seberapa jauh otak manusia dapat menyimpan ingatan-ingatan pribadinya? Otak manusia mempunyai kemampuan yang terbatas. Artinya, tidak mungkin otak dapat menyimpan semua ingatan secara konstan. Ada berbagai kejadian yang dapat disimpan dengan sangat baik, bahkan sampai detail-detailnya, namun ada kejadian yang begitu saja terlupakan, karena tergantikan oleh kejadian lain yang lebih baru terjadi.

Sebuah peradaban kuno bisa diketahui salah satunya dengan adanya tulisan. Entah berupa pahatan di batu, teks kuno di rontal (daun siwalan atau tal yang dikeringkan dan dipakai sebagai bahan naskah dan kerajinan) maupun di kulit hewan. Ini pula menyebabkan manusia sekarang tahu masa lampau itu. Sehebat apapun sebuah raja dan kerajaan kalau ia tak menanggalkan tulisan ia tak akan ada yang tahu, ia akan di telan sang waktu. Itu pula yang dinyatakan oleh Pramoedya Ananta Toer. "Menulis adalah keabadian".

Di era modern tulisan juga menunjukan kekuatannya. Malala seorang bocah 14 tahun dari Taliban kerap menulis di blognya. Tentang anak perempuan di negerinya yang dibatasi untuk sekolah. Karena hal itu pasukan Taliban kemudian memburunya. Peluru bersarang di kepala Malala. Ia kemudian diterbangkan ke London. Nyawa Malala bisa di selamatkan. Walaupun matanya sampai sekarang tak normal dan Malala di anugerahi hadiah Nobel Perdamaian. Atas usahanya memperjuangkan hak-hak perempuan di negerinya. Kini Malala di kenal tokoh perempuan yang berpengaruh di dunia. 

Lain Malala, lain pula penulis di Media sosial berupa status. Ia memposting beragam pendapat dan menebar situasi. Dikatakan suatu keabadian bila ia bisa menjadi referensi banyak orang. Entah karena manfaatnya atau mungkin sebagai media pembelajaran. 

Hal ini tentu mengingat kan kita yang sering menggunakan kata dan kalimat untuk menggambarkan suatu atau menyampaikan bahkan mengkritik sesuatu. Bagaimana sebuah kata dan kalimat yang kita keluarkan merupakan kekuatan yang kita miliki dalam hal yang menujukan suatu penyampaian yang kita perjuangkan. Itulah yang dimaksudkan dengan writing is power.

Sesuai pengalaman ketika postingan di lempar ke medsos dampaknya orang akan membaca. Orang yang membaca ada yang menanggapi positif dan ada pula negatif. Yang positif bisa merefleksi, mengikuti kebaikannya. Yang negatif ada yang nyinyir merasa tersaingi atau bahkan ngamuk-ngamuk tak jelas. Itulah kekuatan tulisan. Ia menjangkau sangat luas dan awet.

Kata dan kalimat yang kita gunakan untuk menuliskan sesuatu, harus memiliki sebuah makna dan tujuan yang memang didasari dari hal sebuah realitas. Sebab realitas dalam sebuah tulisan itu merupakan sebuah kekuatan. Kekuatan untuk mengkritik, menyampaikan, dan penggambaran. Hal ini akan mendorong bagaimana maksud dari tulisan itu mengarah kemana.

Mentauladani pendahulu yang berjuang berdasarkan inteligensia mereka, dari praktek hingga gagasan-gagasan yang mereka keluarkan berdasarkan realitas yang mereka rasakan dengan nyata dituangkan juga ke dalam bentuk tulisan, dan memiliki sasaran serta target tertentu. Mereka membuktikan juga bahwasanya tuslisan-tulisan yang mereka ciptakan memiliki nilai-nilai yang menjadi kekuatan dalam perjuangan mereka.

Jadi sudah waktunya kita menulis dengan hal yang berangkat dari realitas agar menciptakan realitas baru, dan tulisan kita itu memiliki kekuatan, dan bukan lagi retorika belaka, antara praktek dan gagasan yang kita keluarkan seimbang. Antara ide dan perjuangan memiliki sasaran dan target yang jelas serta memiliki maksud yang jelas dalam tulisan akan menjadi kekuatan untuk menciptakan apa yang kita inginkan dari tulisan itu.

Ayo Menulis, Generasi Muda!
Budaya menulis bukan sekedar spontanitas, tetapi juga kebiasaan. Orang yang tidak terbiasa menulis, pasti akan banyak mencari alasan ketika didaulat untuk membuat suatu tulisan. “Tidak ada ide” atau “ Belum ada mood” merupakan sedikit dari banyak alasan seseorang untuk tidak menulis. Pada dasarnya, problem itu muncul ketika seseorang tidak pernah mencoba untuk menulis. Setiap orang mempunyai kempampuan spontan untuk menulis. Misalnya, ketika dihadapkan pada ujian esai, pasti setiap mahasiswa dapat menghabiskan space dalam lembar jawabannya, bukan? Kalau modal spontanitas ini telah dimiliki, maka selanjutnya tinggal membiasakan untuk menulis secara teratur. Setidaknya satu tulisan dalam sehari, topiknya boleh apa saja.

Ketika manusia tidak mempunyai kebiasaan menulis, maka ia akan kehilangan memori kehidupannya. Banyak kawan yang tinggal di beberbagai kota besar di Indonesia tidak mampu untuk sekedar menuliskan kehidupan pribadinya. Ciptakanlah sebuah tulisan, walaupun itu buruk. Kemampuan mencipta tulisan adalah sebuah proses. Semakin sering kita menulis maka semakin baiklah kualitas tulisan yang dihasilkan.

0 comments:

Posting Komentar