Pengorbanan Sang Bambu | Liang Solusi
Beranda Cerpen Informasi Soal Online Kelas VI Soal Online Kelas V Soal Online Kelas IV Soal PH Soal PTS Soal PAS Soal Matematika Soal Literasi Soal Numerasi Soal US Artikel Perangkat KBM Materi Kelas VI Materi Kelas V Materi Kelas IV Motivasi Solusi Profile Contact

Sabtu, 12 Desember 2020

Pengorbanan Sang Bambu

Seorang petani merasa gusar melihat tanaman dan tanahnya mengering. Hanya rumpun bambu yang ditanamnya puluhan tahun lalu terlihat rimbun. Rumpunan batang yang bergesekan seolah bersenandung merdu menyapa kedatangan tuannya. 

Wajah gembira ditunjukkan semua bambu menyambut kedatangan tuannya. Sudah lama tuannya (petani) tidak melihat keadaanya. harapnya dengan penuh keyakinan, rumpunnya akan dibersihkan dari semak-semak pengganggu lainnya. Apalagi dari kejauhan tampak tuannya itu memegang sebilah parang.

petani bambu
Dipagi yang cerah itu, seorang petani menghampiri dan melihat sebatang bambu yang lebih tinggi dari yang lainnya. ia berkata pada bambu tersebut,

“Bambu, saatnya telah tiba bagiku untuk menggunakanmu.”

“Oh, silahkan tuan. Saya bersedia tuan gunakan menjadi apa saja yang tuan kehendaki, ”jawab sang bambu.

“Agar engkau dapat digunakan, saya harus menebangmu lebih dulu.”

“Apa? Menebangku? Bukankah diantara semua bambu disini sayalah yang paling tinggi dan terlihat paling indah bila ditiup angin?”

“Benar, tetapi kalau tidak menebangmu, aku tidak bisa menggunakanmu dengan maksimal.”

Setelah menghela nafas kemudian berfikir sejenak, bambu itu berkata, “Baiklah tuan, tebanglah aku.”

“Tetapi bukan hanya itu saja. Saya harus memotongmu dan daun-daunmu agar kau dapat digunakan sesuai dengan tujuanku, ”Kata petani itu.

“Belum cukupkah tuan menebang saya hingga harus memotong batang dan daun-daunku?”

“Kalau tidak begitu, aku tidak bisa menggunakanmu.”

“Baiklah kalau demikian, selorohnya dengan nada agak kesal”

“Tetapi, masih ada satu lagi. Ruas-ruasmu itu menghalangiku. Jadi aku harus mengeluarkan tulang-tulang yang ada dalam ruas-ruasmu.”

Sambil tertunduk si bambu berkata, “Lakukanlah apa yang tuan pandang baik.”

Petani yang punya kebun itupun menebang bambu tersebut, memotong cabang dan daunnya, serta mengeluarkan tulang-tulang dari dalam bambu itu. Ia membawa si bambu ke sebuah sumber air. Ia menjadikan bambu itu sebagai saluran untuk mengairi tanah-tanah gersang yang ada dikebunnya. Akhirnya, pohon-pohon dan semua tanaman pun menjadi subur menghijau.

Pesan moral yang tersirat dari cerita tersebut adalah kadang kita perlu merelakan diri kita untuk dikikis dan dibentuk, karakter, kepribadian, dan sifat-sifat buruk penghalang kesuksesan harus dibuang. Tentu saja hal ini menimbulkan rasa sakit yang dalam. Namun, itulah cara agar kita menjadi pribadi yang berdaya guna bagi orang banyak. 

Kwalitas kehidupan kita kadang diuji dengan berbagai cara. Masalahnya adalah bukan bagaimana cara yang digunakan dalam menguji kita, melainkan bagaimana respons kita terhadap ujian tersebut. Apakah kita masih memilih jalan menuju tangga-tangga keberhasilan dengan tetap menggunakan karakter-karakter lama yang negatif? Berapa banyak orang yang ingin kaya tetapi tidak ingin memperkaya orang lain? Berapa banyak yang menginginkan hidup sukses dan bahagia tetapi selalu menipu dan menyakiti orang lain. Sepertinya apa yang kita inginkan sangat tidak sepadan dengan apa yang kita lakukan. Oleh karena itu, biarkan diri kita dibentuk menjadi pribadi yang pantas untuk meraih yang terbaik dan menjadi diri kita yang berprestasi untuk diri kita sendiri dan orang banyak.

Banyak orang beranggapan bahwa, amarah orang tua dan orang terdekat merupakan bukti ketidakperdulian terhadapnya. Semua itu keliru, justru dengan nasehat pedas tersebut yang dapat menempa setiap perilaku kita. Tempaan tersebut akan membentuk kedewasaan secara emosional agar dapat memecahkan masalah yang menanti. Semakin banyak masalah yang bisa kita selesaikan, semakin bertambah banyak juga pengalaman dan jemputan sukses segera menanti. 

Baca juga cerpen insfirasi Si Jago yang Sombong

"Seseorang yang hidupnya hanya dengan 1 masalah dapat diibaratkan seperti orang gila"

"Seseorang yang hidupnya menghindari masalah atau menginginkan tidak terjadi masalah sejatinya ia yang sudah beristirahat dengan tenang (orang yang sudah meninggal)"

"Akan tetapi ia yang hidupnya bersahabat dengan masalah (mengalami banyak cobaan), Sejatinya dialah yang ciptaan yang tangguh"

0 comments:

Posting Komentar