si Jago |
Di pekarangan rumah hiduplah ayam jantan dengan postur tubuh yang kekar. Ayam itu disebut Si Jago. Selain ayam, masih ada beberapa hewan lain yang hidupnya berdampingan, mereka diantarannya tikus, anjing, kucing, kura-kura, burung dan kodok. Setiap hari kehidupan hewan-hewan tersebut tidak menunjukkan sifat marah dan arogan kecuali ayam jantan.
Sepintas terlihat Si Jago sangat akrab dengan teman-temannya. Ia sangat gemar duduk berkerumun dengan kawanannya. Hal tersebut dia lakukan dengan tujuan melihat kemampuan dan keberanian ayam-ayam jago lainnya. Jika ada diantara mereka yang merasa kuat dan berani, si Jago tanpa hela nafas langsung menantangnya bertarung.
Si Jago merasa sangat kuat dan perkasa. Keperkasaanya itu membuat ayam-ayam yang ada di sekitarnya menjadi takut dan penurut. Bagaimana tidak? Setiap perintah yang dilontarkan si Jago harus dilakukan segera. Jika ada salah satu perintahnya terelakkan, maka tanpa segan ia memukul tanpa ampun.
Kegemaraanya bertarung dan menaklukkan ayam jago lainnya sudah menjadi karakter si Jago. Tubuhnya yang kekar mampu melibas lawan-lawannya dengan sekali kepretan. Tidak hanya sesama ayam jenisnya, ia bahkan tak segan-segan menghunuskan tajinya ke hewan lainnya yang menentang perintahnya.
Suatu ketika disaat siang hari yang cerah, ayam jantan melintasi pintu kaca. Sambil berjalan ia menunjukkan sebagai hewan petarung dengan teman-teman dan hewan lainnya. Ia pun menantang teman-temannya untuk bertarung melawan dirinya. Sadar akan tubuhnya yang kecil, tidak ada satupun hewan lain yang berani melawan tantangan si Jago.
Berselang dua meter di depan pintu kaca, dia melihat lawan yang tangguh untuk menantang dirinya. Tanpa berpikir panjang, si Jago memanggil dan menantang hewan yang ada di depannya itu. Melihat tantangannya diladeni dengan ekspresi yang sama, si Jago mendekat. Amarah si Jago semakin meningkat melihat lawannya itu ikut mendekat seakan segera menantang dan memukulinya.
Pertarungan sengitpun terjadi, berkali-kali si Jago menyerang dan menghantam lawannya namun setiap serangan yang dilakukan, si Jago selalu terpental. Dengan sigapnya ia bangun dan melakukan beragam trik jitu agar mampu mengalahkan lawannya. Dua puluh menit pertarungan sengit telah dilakukan. Namun tidak satupun diantara mereka merasa terkalahkan. Disatu pihak jengger dan paruh si Jago luka hingga berlumuran darah. Meskipun demikian si Jago merasa puas, karena dia merasa mampu meladeni serangan lawan hingga luka yang dilihatnya sama seperti yang ia rasakan.
Tidak disadari sudah cukup lama ayam jago itu berjibaku dengan kaca. Diapun tidak menyadari bahwa banyak hewan lain yang menertawakannya. Burung, Kodok, Anjing dan Kucing tertawa terbahak-bahak memandang si Jago yang terbilang lucu dan aneh. Berbeda dengan Tikus yang merasa iba akan tindakan yang dilakukan temannya itu. Ia segera memanggil dan menasehatinya “hei ... Jago, jangan sok kuat! yang kau lawan bukan ayam tandinganmu melainkan bayanganmu sendiri”, tegur sang Tikus dengan keras. Si Jago pun kaget dan memandang kaca itu “iya... ya, ternyata yang aku lawan adalah bayanganku sendiri. Betapa bodohnya aku”. Ia pun segera berterimakasih pada sang tikus karena telah menyadarkannya.
Akhirnya ayam jantan tersebut menyadari bahwa ayam yang ada di kaca tersebut adalah bayangannya sendiri. Ia pun tertunduk lesu dan malu ditertawakan teman-temannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan yang ceroboh, sombong dan memalukan itu.
Baca juga cerpen yang berjudul Perbedaan dalam Balutan Sahabat!
Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita tersebut adalah karakter sombong yang kita miliki justru dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Jangan merasa diri paling kuat, karena sekuat-kuatnya kita, pasti akan membutuhkan pertolongan sesama, hewan lainnya, dan semua makhluk ciptaannya. Berbuat baiklah kepada semua, percayakan dirimu pada tuhanMu, maka semesta akan meresponnya.
0 comments:
Posting Komentar