Ria dan Nana merupakan dua ekor bebek yang masih muda. Sama seperti hewan yang masih muda lainnya mereka pun senang bermain. Namun demikian mereka sudah memiliki rumah sendiri untuk mereka tinggali.
Pinggir sungai adalah tempat yang dipilih oleh Ria dan Nana. Selain nyaman, juga dekat dengan sumber makanan dan air. Kebetulan, tempat yang mereka berseberangan dengan rumah kayu milik Bu Naomi Berang-berang.
Suatu hari, dari balik jendela, Nana melihat Semut membawa sebuah kotak ke rumah Bu Naomi.
Kotaknya besar. Cukup untuk memasukkan mereka ke dalamnya. Sedang bagian luarnya terbungkus oleh kain berwarna hitam.
“Hei Ria, coba lihat itu”, panggil Nana.
Ria yang sedang menggunting kukunya berhenti dan melangkah menuju jendela.
“Apaan sih?”
“Itu”, tunjuk Nana dari balik korden, “kotak hitam itu. Kira-kira apa ya isinya?”
“Wah, gede banget”, ujar Ria, terkejut. “Jangan-jangan isinya sampah tuh!”
“Kok sampah?”. Nana kebingungan.
“Coba ingat, si Piki itu kan tinggalnya dekat pembuangan sampah hutan ini.”, Ria menjelaskan teorinya dengan serius. Tangannya ia letakkan ke belakang, persis seperti seorang profesor yang sedang berpikir. Lanjutnya, “Pasti itu isinya sampah-sampah yang sudah busuk, trus ia kumpulkan dan masukkan ke dalam kotak agar tidak bau.”
Di seberang tampak Piki sedang meletakkan kotak tersebut di ruang tamu Bu Naomi.
“Hmmm, bisa jadi”, Nana mengangguk-anggukkan paruhnya. “Dan jangan-jangan, Bu Naomi itu punya hobi ngumpulin sampah. Dia kan tinggal sendirian sekarang, siapa tahu karena nganggur jadinya punya hobi aneh.”
“Ih, jorok juga ya”, Ria menjawab dengan raut muka jijik.
Dari luar terdengar suara pintu rumah ditutup. Tampaknya Piki Semut sudah pulang, meninggalkan kotak hitam tersebut di rumah Bu Naomi.
Tiga hari sudah berlalu sejak kotak hitam itu datang. Setiap hari, Ria dan Nana mengamatinya secara diam-diam dari seberang sungai. Meskipun tidak begitu jelas karena terhalang korden rumah Bu Naomi, tampak bahwa Bu Naomi sibuk sekali dengan isi kotak hitam tersebut.
Sesekali Piki mampir dan mereka berdua terlihat antusias sekali mendiskusikan sesuatu.
Selama tiga hari itu pula, Ria dan Nana tak henti-hentinya menduga-duga dan berasumsi mengenai “sampah” yang ada di dalam kotak hitam tersebut. Prediksi mereka yang terbaru, Bu Naomi dan Piki sedang berkonspirasi untuk mengumpulkan sampah-sampah terbusuk dari seluruh penjuru hutan, dan sedikit demi sedikit mengubah hutan mereka menjadi hutan sampah!
Keesokan harinya, dengan diantar oleh Kakak Kancil, Bu Naomi menyeberangi sungai dan menuju ke rumah Ria dan Nana. Ria, yang sedang asik berjemur di atap rumah, kaget melihat kedatangan mereka berdua. Buru-buru ia menyusup masuk ke dalam rumah, menutup dan mengunci pintu dan jendela, serta menyuruh Nana untuk bersembunyi.
“Aku tidak menyangka kalau Kaka sekarang ikut bersekongkol dengan Bu Naomi. Mereka ke sini pasti ingin mengajak kita untuk bergabung dengan organisasi menjijikkan mereka itu. Ih, amit-amit deh.”, bisik Ria pada Nana dari balik kulkas, tempat keduanya bersembunyi.
Nana mengangguk, tanda setuju.
Tok. Tok. Tok.
Ria dan Nana menahan nafas mendengar suara pintu diketok.
Tok. Tok. Tok.
Tok. Tok. Tok.
Tok. Tok. Tok.
Kaki Nana mulai kesemutan.
Tok. Tok. Tok.
“Hmmm, sepertinya mereka sedang tidak ada di rumah”, samar-samar terdengar perkataan Kaka kepada Bu Naomi.
“Iya, kalau begitu sebaiknya kita kembali saja.”, jawab Bu Naomi.
Sejurus kemudian terdengar suara langkah-langkah kaki menjauh.
“Phew”, ujar Nana sambil melemaskan kaki-kakinya. “Akhirnya mereka pergi juga. Hampir saja kita terjerumus ke dalam kelompok sampah itu.”
Ria mengintip dari balik jendela, menatap perahu yang dinaiki Kaka dan Bu Naomi menjauh.
“Iya, untung saja tadi mereka tidak melihatku di atap.”, ujarnya, lega. “Tidur siang saja yuk, malas aku memikirkan sampah-sampah itu”.
“Yukkkk”.
Beberapa jam kemudian Nana terbangun. Terdengar suara ramai dari seberang sungai. Ia meloncat dari tempat tidur dan menuju ke jendela.
Tampak rumah Bu Naomi terang benderang. Ramai. Binatang-binatang hutan sedang berkumpul di sana. Mereka asik mengobrol, tertawa, dan menyanyi. Di sisi kanan, bu Tutul Macan dan kak Boni Ulat sibuk menyiapkan makanan yang harumnya terasa sampai ke hidung Nana. Di sisi kiri, Kuri Kura bernyanyi dengan lantang sambil diiringi petikan gitar Kaka Kancil.
Nana sejenak bengong.
21 detik kemudian ia tersadar, dan bergegas membangunkan Ria.
“Ria, Ria, cepat bangun”.
“Apa sih”, jawab Ria sambil cemberut.
“Itu lihat, di rumah Bu Naomi”
Mendengar kata kunci ‘Bu Naomi’, Ria langsung loncat dari tempat tidurnya dan berlari ke arah jendela.
“Hah, ada apa itu???”, giliran Ria yang bengong.
Di seberang, Bu Naomi keluar dari dalam rumahnya sambil membawa kotak besar hitam.
“Ayo semuanya kumpul sini”, teriaknya lantang sambil tersenyum.
Setelah semua binatang berkumpul mengelilingi Bu Naomi dan kotak hitamnya, Piki Semut tiba-tiba muncul dari balik kotak dan berkata, “Teman-teman, berhubung sekarang adalah hari ulang tahunku dan Bu Naomi, yang kebetulan tanggalnya sama, maka kita berdua memutuskan untuk memberikan kado kepada seluruh penghuni hutan!!!”
Seluruh binatang bersorak dan bertepuk tangan. Saking semangatnya bertepuk tangan, Kuri Kura bahkan sampai terjengkang ke belakang.
“Dan terimalah kado dari kami berdua”, ujar Bu Naomi Berang dan Piki Semut sembari menggulingkan kotak hitam tersebut.
Ria dan Nana tercekat. Tidak sadar, keduanya berpengangan tangan dan bergumam, “Pasti sampah… pasti sampah.. pasti sampah…”
Kotak terguling. Tutupnya terlepas dan menggelinding, diiringi dengan tumpahnya puluhan bahkan ratusan mainan yang sudah dibungkus kado manis dari dalam kotak.
“Horeeeee!!!!”, sorak penghuni hutan.
Sekali lagi, Ria dan Nana bengong.
Malam itu Ria dan Nana terdiam. Sejak melihat mainan-mainan yang ada di dalam kotak hitam Bu Naomi, mereka tidak bercakap-cakap apapun. Masing-masing sibuk dengan penyesalannya.
Tok. Tok. Tok.
Tiba-tiba terdengar suara ketokan di pintu.
Nana dan Ria berpandangan. Bingung.
“Anak-anak, kalian ada di rumah?”, terdengar suara Bu Naomi dari balik pintu.
Kedua bebek kecil itu tersenyum dan langsung berlomba membukakan pintu bagi Bu Naomi.
+++++++++++++++++++++++++++++++
Baca juga Cerita Fabel menginsfirasi dan Lucu : Singa Mati Sebelum Kelinci Tumbalkan Diri
Pesan moral cerita fiksi yang berjudul Rahasia Kotak Hitam Bu Naomi adalah jangan mudah berprasangka kepada orang lain. Jika kamu memiliki pertanyaan sebaiknya tanyakanlah langsung agar tidak ada salah paham.
Terima kasih sudah berkunjung di halaman blog ini serta membaca cerita fiksi Rahasia Kotak Hitam Bu Naomi. Semoga isi cerita tersebut menginsfirasi dan menjadi cerminan perilaku dalam kehidupan sehari-hari melalui pengamalan pesan moral yang berkarakter. Budayakan meninggalkan komentar dan sebarkan jika bermanfaat. Semoga bertambah cerdas dan berkarakter!
0 comments:
Posting Komentar