Termenung Bu Putu Maria memandang brosur di hadapannya. Lomba Pidato Anak bertema “Bersatu untuk Maju’ begitu tertulis pada judul brosur. Beliau berpikir keras. lngin sekali ia mengirim Indra untuk ikut Iomba yang akan diselenggarakan di kota. Tetapi, dari mana dananya?
Bu Putu Maria, Kepala Sekolah Dasar Liang Cerdas di pelosok Kabupaten Klungkung, Bali. Beliau lahir di Malang, Jawa Timur. Setelah lulus pendidikan guru ia pergi merantau ke tanah Bali untuk mempraktikkan ilmunya. Di sekolah ini, muridnya juga berasal dari berbagai daerah.
Bu Putu Maria senang melihat interaksi antara murid-muridnya. Mereka belajar dan bermain bersama, tanpa mempersoalkan asal-usul. Semua unik, baik karakter maupun kecerdasannya.
Salah satu murid Bu Putu Maria bernama Indra. Indra adalah penduduk asli di desa itu. Ia suka membaca, percaya diri, dan komunikatif. Bu Putu Maria ingin Indra memperoleh pengalaman berharga melalui Iomba pidato.
Sambil berpikir cara memperoleh dana, Bu Putu Maria mendaftarkan Indra sebagai peserta Iomba. la sendiri yang turun tangan melatih Indra tiap usai sekolah. Semakin mendekati hari perlombaan, Bu Putu Maria risau. “Andai saja gajiku cukup untuk mendanai Indra ke kota”, pikirnya.
Hingga suatu sore, terlintas ide di benaknya. Dipandangnya kebun pisang di belakang sekolah. Hampir semua tanaman pisang sudah berbuah dan siap panen. Esok paginya Bu Putu Maria membicarakan idenya dengan para guru. Mereka bermusyawarah mewujudkan ide Bu Putu Maria. Setelah dicapai kesepakatan, Bu Putu Maria mengerahkan guru, penjaga sekolah, serta murid kelas 5 dan 6. Mereka bergotong royong memanen pisang. Kemudian, di hari Senin pagi, Bu Putu Maria mengundang pejabat setempat untuk hadir pada upacara bendera. Bapak Bupati, Bapak Camat, Bapak Kepala Desa, Kepala Dinas Pendidikan, serta kepala dusun atau lingkungan setempat dimintanya datang. Apa yang direncanakan Bu Putu Maria?
Rupanya Bu Putu Maria ingin menyelenggarakan lelang pisang di sekolah. Murid kelas 5 dan 6 sudah dilatihnya untuk menjadi petugas lelang. Siapa calon pembelinya? Pembelinya adalah para bapak dan ibu pejabat daerah yang hari itu diundang datang ke sekolah.
Sebelum lelang dimulai, Bu Putu Maria menyampaikan bahwa uang yang diperoleh dari hasil lelang pada hari itu akan digunakan untuk mengirim Indra mengikuti lomba pidato di kota. Para pejabat yang hadir merasa kagum dan terharu menyaksikan usaha Bu Putu Maria, sang kepala sekolah dari barat negeri. Tekad dan usahanya mendukung kemajuan muridnya sungguh menyentuh hati. Dalam sekejap pisang-pisang habis dilelang. Dana yang terkumpul lebih dari cukup untuk memberangkatkan Indra. Semua orang bersatu padu membantu Bu Putu Maria mewujudkan harapannya.
Didampingi Pak Kadek Bagus, guru kelasnya, Indra pun berangkat ke kota. Tak terkira bangga dan syukurnya Indra. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, dia berusaha tampil sebaik-baiknya. Saat pengumuman hasil lomba, ternyata Indra berhasil mempersembahkan piala juara pertama lomba pidato untuk sekolahnya. Tak sia-sia usaha Bu Putu Maria dan teman-teman sekolah Indra.
Terbukti benar tekad Bu Putu Maria. Kita tak perlu ragu untuk maju. Selalu ada jalan ketika kita menggalang persatuan untuk mewujudkan mimpi dan harapan.
Terima kasih sudah berkunjung di halaman blog ini serta membaca cerita informasi. Semoga isi cerita tersebut menginsfirasi dan menjadi cerminan perilaku dalam kehidupan sehari-hari melalui pengamalan pesan moral yang berkarakter. Budayakan meninggalkan komentar dan sebarkan jika bermanfaat. Semoga bertambah cerdas dan berkarakter!
0 comments:
Posting Komentar