Lebah Pekerja: Kebohongan Berujung Malu | Liang Solusi
Beranda Cerpen Informasi Soal Online Kelas VI Soal Online Kelas V Soal Online Kelas IV Soal PH Soal PTS Soal PAS Soal Matematika Soal Literasi Soal Numerasi Soal US Artikel Perangkat KBM Materi Kelas VI Materi Kelas V Materi Kelas IV Motivasi Solusi Profile Contact

Sabtu, 17 April 2021

Lebah Pekerja: Kebohongan Berujung Malu

Pernahkan kalian berbohong? Jika kalian menjawab jujur pasti pernah melakukan tindakan kurang terpuji itu. Mulai dari sekarang berhentilah untuk berbohong, selalulah berkata jujur. Karena kejujuran merupakan awal kesuksesan perjalanan hidup kalian yang selanjutnya dengan berkat Tuhan pasti meraih cita-cita yang diharapkan.

Ketidakjujuran itu hanya akan merugikan diri kita sendiri. Jika kebohongan kita terbongkar, maka kita harus menanggung malu yang sangat berat. Lebih baik kita selalu bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kita akan memiliki banyak teman.

Itulah penggalan nasihat yang perlu kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bergaul, bertindak, serta berkata-kata tentu slit kita kendalikan. Pasti kesalahan pernah kita lakukan. Meskipun demikian janganlah takut untuk berbuat jujur.

Kadangkala kita berbohong untuk menutupi kesalahan yang kita perbuat. Kita tidak menyadari bahwa setiap kebohongan yang kita lakukan justru menambah masalah baru yang sewaktu-waktu akan menimpa kita. Dengan mengungkapkan kejadian sebenarnya, kita dapat memperbaiki perilaku dan menjadikan kita bertambah dewasa.

Cerita berikut menambah pengalaman dan menjadikan karakter kita lebih baik. Simak dan ikuti serunya cerita berikut!
literasi cerita fiksi Lebah Pekerja: Kebohongan Berujung Malu
cerita fiksi anak
Diceritakan lebah pekerja bergotong royong membuat sarang. Mereka bekerja keras siang dan malam agar sarang tersebut bisa selesai. Akhirnya pada suatu siang yang cerah, sarang itu selesai juga.

Celetuk salah satu lebah pekerja dengan bangga, “Wah, tidak sia-sia kita bekerja keras. Lihatlah, sarang yang kita bangun benar-benar indah!”.

“Benar sekali!” sahut lebah pekerja lainnya. “Dalam waktu dekat ini kita bisa pindah dan hidup dengan nyaman di sarang baru kita.”

Saat mereka sedang beristirahat, tiba-tiba datang gerombolan lebah pejantan yang pemalas dan suka berbuat onar. Para lebah pejantan mengamati sarang baru milik lebah pekerja, lalu berkumpul dan saling berbisik-bisik.

“Sarang itu bagus sekali,” kata salah satu lebah pejantan.

“Bagaimana kalau kita rebut saja sarang itu dari mereka?” bisik lebah pejantan lainnya.

“Aku setuju,” sahut yang lain. “Kalau kita harus bangun sendiri, kita tidak akan bisa menyelesaikannya. Lebih baik kita rebut saja dari lebah pekerja itu.”

Para lebah pejantan sepakat dengan usulan itu. Kemudian mereka menemui lebah pekerja, dan salah satu lebah yang menjadi wakil mereka berseru keras, “Sarang ini adalah milik kami, jadi kamilah yang akan menempatinya! Lebih baik kalian segera pergi dari sini!”

Tentu saja lebah pekerja kaget bukan kepalang. Mereka sudah bersusah payah membangun sarang, eh para lebah pejantan dengan seenaknya mengaku-aku sarang tersebut sebagai milik mereka. Tentu saja lebah pekerja tidak terima.

“Lalu kalian mau apa?” tanya lebah pejantan, meremehkan. Lebah pekerja merasa malas ribut-ribut dengan lebah pejantan, sebab tidak ada untungnya. Menang jadi arang, kalah jadi abu. Mereka lebih memilih untuk mengadukan masalah itu kepada hakim lebah yang terkenal bijaksana dan sangat dihormati oleh para lebah.

Hakim lebah mendengarkan pengaduan lebah pekerja dengan saksama. Setelah memahami masalah yang sedang terjadi, ia pun memanggil para lebah pejantan, dan mulai mengadakan sidang.

“Masalah ini sebenarnya bisa diselesaikan dengan mudah,” kata hakim dengan nada bicara yang berwibawa. “Caranya, masing-masing kelompok harus membuat sarang yang sama persis dengan sarang yang kalian perebutkan. Siapa pun yang berhasil membangunnya, itu berarti dialah pemilik sarang sebenarnya.”

Para lebah pekerja menyatakan setuju dengan usulan hakim. Mereka siap untuk mengerjakannya, sebab mereka sudah pernah membuatnya sehingga sudah berpengalaman. Meskipun akan melelahkan, namun mereka tidak keberatan demi memperjuangkan kebenaran.

Sementara itu, lebah pejantan panik. “Bagaimana ini?” bisik salah satu lebah pejantan kepada teman-temannya. Yang lainnya menggeleng-geleng, tidak tahu harus berbuat apa. Kemudian perwakilan dari mereka pun berkata kepada hakim bahwa mereka tidak setuju.

“Nah, sebenarnya ini adalah Sebuah tes untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang membuat sarang itu,” seru hakim dengan lantang. “Karena lebah pejantan menolak, maka kini jawabannya sudah jelas. Terbukti bahwa sarang itu sebenarnya milik lebah pekerja.”

Lebah pejantan merasa malu sekali. Aksi bohong mereka sudah ketahuan. Mereka pun buru-buru pergi dari tempat itu. Mereka berniat untuk tidak kembali lagi selama beberapa lama karena tidak kuat menanggung malu. Sementara itu, lebah pekerja bersorak gembira karena mereka berhasil memperjuangkan kebenaran dan berhasil mempertahankan hak mereka. Tidak lupa mereka berterima kasih kepada hakim yang telah bertindak adil dan bijaksana.

Temukan cerita inspiratif terbaik kami lainnya pada postingan berikut ini:
Kisah Insfirasi : Bangau dan Kepiting

Cerita dengan judul "Lebah Pekerja: Kebohongan Berujung Malu" merupakan cerita fiksi yang tokoh dan jalan ceritanya merupakan khayalan semata. Cerita tersebut bertujuan agar menjadi cerminan moral dalam berprilaku sehari-hari di dunia nyata baik dalam berpikir, berkata, maupun berprilaku.

Apa makna pribahasa "Menang jadi arang, kalah jadi abu" pada salah satu paragraf dari cerita tersebut! Kemudian jika kalian jadi hakim, solusi apa yang kalian sarankan untuk menyelesaikan permasalahan lebah pekerja dengan lebah pejantan?

0 comments:

Posting Komentar