Devasya seorang putri kecil yang cerdas, ceria, dan aktif. Caca adalah nama panggilan yang diberikan oleh ibunya. Itu adalah nama kesayangan dari ibunya. Sedangkan keluarganya yang lain memangilnya dengan sebutan Ade yang artinya kedua, karena Devasya anak kedua dari tiga bersaudara. Devasya memiliki seorang kakak perempuan dan seorang adik laki–laki yang sangat lucu.
Caca bersama kedua saudaranya lahir di keluarga yang sederhana. Walaupun demikian Caca sangat bahagia, karena keluarganya sangat menyayanginya. Satu hal yang sering ditanya kepada ibunya adalah rambutnya.
“Ibu, kenapa rambutku berbeda dengan ibu? ayah, kakak dan adik juga. Mereka memiliki rambut lurus, tapi kenapa rambutku keriting?”, tanya Caca sedih
“Caca, rambut keriting itu cantik. Caca tidak perlu bersedih, tapi bersyukurlah karena Caca diberikan rambut yang indah oleh Tuhan”, jelas ibunya.
“Tapi kakak selalu mengejek aku, kakak panggil aku mie kriting. Aku mau rambut seperti ibu”, kata Caca.
“Caca,,, tidak usah pikirkan perkataan kakak. Kakamu itu memang suka bercanda. Coba lihat wajahmu di cermin, lihatlah wajahmu cantik dan lucu dengan rambut keriting itu”, kata ibunya sambil menunjukkan cermin.
“Ibu apakah ada tuan putri yang rambutnya keriting?” tanya Caca penasaran. “Tentu saja ada”, jawab Ibunya.
“Ayo ceritakan ibu!” pinta Caca. “Oke”, jawab ibu setuju.
Cerita fiksi |
Rakyat meminta Raja dan Ratu untuk membuang Aurora ke tengah hutan. Namun Raja dan Ratu tidak tega dan tidak mau dipisahkan dari putri kesayangannya. Akhirnya rakyat meminta pada Raja agar Aurora tidak boleh keluar istana selamanya. Raja pun menyetujuinya.
Aurora dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Raja dan Ratu memberikan Aurora segala pengetahuan. Putri Aurora sangat cerdas, ia cepat belajar dan memahami semua seni dan pengetahuan. Selain itu Aurora juga sangat berbakat dalam ilmu kepemimpinan, politik, perdagangan, dan bela diri.
Tidak terasa waktu pun terus berlalu, Aurora tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Rambut keritingnya yang berkilau dan wajahnya bersinar menambah kecantikannya. Matanya memancarkan cahaya kedamaian. Namun sayang tak ada yang tahu kecantikan Aurora, karena ia hanya di dalam istana.
Hingga suatu hari, kerajaaan diserang oleh raksasa Narakasura yang sangat sakti dan kejam. Semua orang ketakutan. Raksasa itu mengambil makanan penduduk, bahkan memakan hewan ternak mereka. Dan jika hewan ternak habis, maka Narakasura akan memakan manusia. Mendengar hal itu, Raja dan ratu sangat khawatir. Semua rakyatnya meminta perlindungan pada Raja.
Raja mengerahkan seluruh prajuritnya untuk menangkap raksasa tersebut. Namun tak ada yang berhasil, bahkan banyak prajurit yang gugur dan terluka parah. Raja semakin bersedih. “apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan rakyat dan negeri ini”, kata Raja kepada para menterinya. “Aku sudah meminta bantuan dari kerajaan tetangga, namun tidak ada yang mau membantu. Jika hal ini dibiarkan, maka kita semua akan habis dimakan oleh Naraka sura”, Jelas Raja yang semakin khawatir dengan keadaan negerinya.
Tiba – tiba putri Aurora datang, dan berkata, ”Ayah, biar aku yang menghadapi raksasa sombong itu”. “Tapi aku tidak bisa membahayakan nyawamu, anakku”, jawab Raja yang merasa khawatir.
“Jangan takut Ayah, aku tidak akan terluka”, jawab sang putri. “Baiklah, tapi kau harus hati-hati. Kau akan pergi bersama prajurit pilihan istana”, tegas Raja.
Putri Aurora dan prajurit pergi ke tempat raksasa Narakasura. Sesampainya disana, Narakasura sangat terkejut melihat kecantikan Aurora. Narakasura ingin menikahi Aurora. Aurora menyetujui permintaan dengan dua syarat. Syarat pertama, Narakasura harus membuatkan kawah api dengan kekuatannya, dan berdiri dua langkah dari kawah tersebut.
Syarat pertama dapat dipenuhi oleh Narakasura. Merasa dirinya berhasil iapun menanyakan syarat kedua. Aurora memberitahu syarat kedua adalah teka–teki. Narakasura hanya memiliki tiga kesempatan untuk menjawabnya. Jika jawabannya pertama salah, maka ia harus mundur dua langkah dan begitu seterusnya.
Narakasura menerima syarat tersebut. “Apa teka–tekinya?” tanya Narakasura tidak sabar. “Hai Narakasura lihatlah penduduk disini semua berambut lurus, bahkan ayah dan ibuku berambut lurus. Mengapa aku berambut keriting?” tanya tuan putri.
“hahahaha itu sangat mudah, Itu karena ibumu suka makan cabai keriting saat hamil”, jawab Narakasura denga percaya diri.
“Jawabanmu salah Narakasura, kau harus mundur dua langkah, ini kesempatan keduamu. Berpikirlah”, jawab Aurora.
Narakasura mulai berpikir, ia berpikir sangat lama. Akhirnya dia menjawab,”itu karena ibumu sering bermain rambut jagung saat kau didalam kandungannya”, jawab Narakasura.
“Lagi-lagi jawabanmu salah Narakasura. Sesuai dengan perjanjian kau harus mundur dua langkah lagi”, Jawab Putri Aurora.
Narakasura tidak sadar kalau dia melangkah kebelakang sekali saja dia akan jatuh di kawah api yang besar buatannya. Narakasura mundur dua langkah, tapi sebelum langkah kedua Narakasura sudah jatuh dan terbakar di kawah tersebut.
Mendengar berita tersebut, Raja dan permaisuri beserta seluruh rakyatnya sangat senang. Mereka memuji kecerdasan dan kecantikan putri Aurora. Rakyat pun meminta maaf pada putri Aurora. Putri Aurora tak segan untuk memaafkan mereka, dan menjelaskan tidak ada bencana yang disebabkan oleh rambut keriting. Karena apapun bentuknya baik keriting ataupun lurus, rambut adalah mahkota yang diberikan oleh Tuhan. Semenjak saat itu Aurora, bebas keluar istana dan bermain diluar istana.
“Jadi Caca, tidak boleh sedih karena berambut keriting. Karena orang yang berambut keriting itu cantik dan cerdas seperti putri Aurora. Seperti anak ibu Devasya Dharmaputri yang cantik, cerdas dan ceria”, Jelas Ibu kepada Caca.
“Terima kasih ibu, Caca sayang ibu”, jawab Caca dengan perasaan senang.
Cerita ini ditulis oleh: Ni Wayan Lina Sri Lestari
Pesan moral
Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita fiksi yang berjudul "Putri Bermahkota Emas" adalah setiap orang memiliki kelebihan dan potensi masing-masing. Ketahuilah kelebihan yang kita miliki dan jangan pernah mengeluh atau merasa minder. Percaya dirilah atas potensi yang kita miliki dan selalu bersyukur.
0 comments:
Posting Komentar