Dalam meniti kehidupan, kita tidak dapat menjalaninya sendirian. Sebagai makhluk sosial, kita membutuhkan orang lain, khususnya saat kita membutuhkan bantuan.
Sebagai makhluk sosial kita juga harus saling membantu dan berbagi kepada sesama, karena hal tersebut sangat berarti bagi mereka yang sedang membutuhkan.
Berbagi tidak selamanya harus dengan sebuah barang yang besar atau berupa harta, kita juga dapat berbagi canda dan tawa dengan mereka yang sedang dalam keadaan bersedih.
Berbagi juga merupakan wujud rasa sayangmu kepada orang di sekitarmu, terutama bagi teman, sahabat, bahkan hingga keluarga yang setiap hari kamu temui.
"Berbagi bukan tentang seberapa besar dan seberapa berharganya hal yang kau beri, namun seberapa tulus dan ikhlasnya apa yang ingin kau beri.Berbagi rezeki dengan tulus, berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada sesama, mengubah duka menjadi bahagia dan menambah usia."
Berikut disajikan cerita fiksi insfirasi yang dapat disimak dan kalian petik amanatnya. Selamat membaca!
Literasi Anak |
Keindahan pantai pelangi memang tidak diragukan lagi, butiran pasir putih yang menghampari tepian pantai. Sinar rembulan dan cahaya bintang yang menghiasi malam, disertai dengan desiran angin dan deburan ombak, menambah keindahan pantai. Pantai pelangi dikenal dengan pemandangan airnya bagaikan pelangi. Airnya berwarna merah muda, jingga, hijau dan semakin ke dalam air berwarna biru pekat, hal itu disebabkan oleh ganggang yang hidup di dasar laut. Habitatnya yang masih terjaga dan dilindungi, sungguh pantai pelangi bagaikan surga di siang ataupun malam hari.
Di pesisir pantai pelangi hiduplah seorang nelayan kecil. Nelayan kecil tersebut bernama Raka. Setelah kedua orang tuanya meninggal, Raka tinggal sendiri di pondok kecil di pesisir pantai pelangi. Semenjak kepergian kedua orang tuanya, Raka harus berjuang sendiri memenuhi kebutuhan hidupnya. Bersyukur nelayan–nelayan yang lain, mengijinkan Raka untuk ikut menangkap ikan dengan perahu mereka sehingga hasil tangkapannya bisa dia jual ke pasar.
Semenjak dia lulus SMP, Raka tidak lagi melanjutkan pendidikannya. Saat teman–temannya pergi ke sekolah untuk belajar, Raka berjuang untuk menjual hasil tangkapannya di pasar. Jika ikannya habis, Raka menggunakan uangnya untuk membeli kebutuhan di dapur. Sebagian lagi dia simpan, untuk ia gunakan jika sewaktu–waktu ikannya tidak habis di jual.
Sepulang dari pasar, Raka harus menyiapkan makanannya sendiri. Setiap hari ia harus makan dengan lauk ikan, tetapi Raka anak yang baik dan jujur. Raka selalu ikhlas menjalani cobaan hidup dan bersyukur satas segala berkah yang diberikan oleh Tuhan. Walaupun Raka tidak mendapatkan kesempatan untuk sekolah, Raka tetap rajin membaca buku. Raka membaca buku–bukunya ketika ia masih sekolah dulu, yang ia simpan dengan baik di rak buku miliknya.
Siang hari ketika teman–temannya sudah pulang dari sekolah, Raka bermain dengan mereka. Raka anak yang baik dan pintar, tak jarang teman–teman meminta bantuannya untuk mengerjakan tugas sekolah yang sulit. Raka yang rajin membaca buku, menjadikannya memiliki banyak pengetahuan dan wawasan. Itulah sebabnya teman-teman, senang bergaul dengannya.
Malam itu seperti biasa sebelum Raka berangkat menangkap ikan, Raka duduk termenung di batu besar dekat perahu. Ia meratapi nasib dan tidak sadar meneteskan air mata. Ketika ia mengusap air matanya, matanya tertuju pada sesuatu besar yang tersangkut di jaring milik nelayan lain dekat batu besar tempatnya duduk.
Alangkah terkejutnya Raka, ketika melihat seorang nenek. Tubuh nenek tersebut terjerat oleh jaring. Raka buru–buru melepaskan nenek tersebut dari jeratan jaring. Lalu membawa nenek tersebut ketepian.
“Nek, kau tidak apa–apa?” tanya Raka
“Tubuh nenek lemas sekali, nenek juga kedinginan”, jawab nenek dengan nada yang lemah.
“Baiklah nek, kita ke rumah ku saja, rumahku tak jauh dari sini”, ajak Raka.
“Tapi kaki nenek sakit, nenek tidak bisa berjalan”, rintih nenek
Raka mencari ide, agar ia bisa membawa nenek tersebut ke rumahnya. Lalu ia meminjam gerobak milik seorang nelayan yang juga tinggal di sekitar pesisir panta pelangi. Raka segera mengangkat nenek ke gerobak, lalu mendorongnya menuju ke rumah. Raka membaringkan nenek di tempat tidurnya yang beralaskan tikar. Merawatnya dan mengobati kakinya yang luka.
“Maafkan aku nek, aku tidak punya tempat yang layak untukmu. Semenjak aku ditinggal oleh orang tuaku, aku harus berjuang sendiri. Uang yang ku dapatkan hanya cukup untuk makan”, jelas Raka.
“Tidak apa-apa nak, kebaikan hatimu sudah menciptakan tempat yang indah di hati nenek. Nenek terkesan, walaupun dalam keadaan susah, kamu masih mau menolong orang lain”, jelas Nenek.
“Istirahatlah Nek, aku akan membuatkan makanan untukmu”, kata Raka
Nenek pun menuruti kata Raka dan segera berbaring ke tempat tidur. Begitulah Raka menolong nenek tersebut dengan hati yang ikhlas. Beberapa hari kemudian, kaki nenek mulai membaik. Nenek bisa berjalan seperti semula. Raka merasa sangat senang. Ketika Raka pulang dari pasar, Raka melihat nenek sedang menyiapkan makanan untuknya.
“Apa yang nenek lakukan, nenek baru saja sembuh”, kata Raka yang terkejut melihat meja penuh dengan makanan yang lezat. “Nenek istirahat saja dulu, biar aku yang melanjutkan”, pinta Raka
“Sudahlah, ini tinggal sedikit lagi sudah selesai. Ayo kita makan!”, ajak nenek sembari membawa sepiring ayam goreng dan menaruhnya di meja makan. Raka makan dengan sangat lahap. Nenek senang sekali melihat Raka ketika makan.
Usai makan, sebelum beranjak dari tempat duduknya, nenek memanggil Raka. “Nak, kemarilah!”, “Aku ingin memberikan sesuatu padamu, karena ketulusan dan kebaikanmu”. Sembari menyerahkan kantung kecil. Raka berkata, “jangan Nek, aku menolongmu dengan ikhlas. Aku tidak mengharapkan imbalan apapun”, jelas Raka.
Tidak Nak, ini sudah menjadi hak mu. Ambilah, benda ini akan berguna untukmu. Raka pun segera membuka bungkusan kecil pemberian nenek. Alangkah terkejutnya Raka, ketika ia melihat liontin mutiara yang sangat indah, mutiara itu mengeluarkan kilau yang sangat indah. Raka lalu bertanya pada nenek, “Nek, barang ini sangat berharga. Aku tidak pantas memilikinya”, jelas Raka.
Selama kamu menggunakannya untuk kebaikan, maka benda berharga itu akan selalu bersamamu. Tapi jika kau menggunakannya untuk hal yang tidak baik, maka benda itu akan lenyap dengan sendirinya.
“Baiklah Nek, terima kasih banyak atas kebaikannya. Semoga aku bisa menjalankan amanat yang kau berikan dengan baik”, ucap Raka. “Ayo nenek istirahat dulu, nenek pasti sudah lelah”, ajak Raka.
“Tidak Raka, sudah waktunya nenek pergi. Kaki nenek juga sudah sembuh. Nenek harus pulang”, kata Nenek
“Baiklah Nek, aku akan mengantar nenek pulang. Keluarga nenek pasti mencari nenek, karena sudah tiga hari nenek menginap disini. Maafkan aku, karena tidak bisa menyediakan tempat yang bagus untukmu. Jika ada waktu, mainlah ke gubukku ini”, Raka nampak bersedih karena nenek akan pulang ke rumahnya.
“Sudahlah, nenek sangat senang bisa tinggal di sini bersamamu. Suatu saat atas ijin Tuhan kita pasti akan bertemu lagi. Kamu tidak perlu mengantar nenek, nenek bisa pulang sendiri”, jelas Nenek. Nenek pergi dulu ya Raka. Jaga dirimu baik-baik dan tetaplah berbuat kebaikan. Ketika Raka menganggukan kepalanya, tiba–tiba nenek berupah menjadi seekor penyu dan segera berjalan kelautan.
Raka sangat terkejut, ia pun menyadari nenek yang terjerat jaring Nelayan adalah seekor penyu ajaib. Semenjak saat itu, Raka selalu beruntung. Hasil tangkapannya melimpah ketika ia pergi mencari ikan. Ikannya pun sangat laris di pasar. Akhirnya Raka bisa melanjutkan pendidikannya. Raka juga rajin menyisihkan sebagian uangnya untuk ditabung dan berbagi untuk sesama.
Akhirnya Raka menjadi saudagar ikan yang sukses. Namun Raka tidak pernah menyombongkan diri dan selalu berbuat kebaikan. Kesuksesan dan kekayaan yang dimilikinya tidak membuatnya sombong dan angkuh, karena Raka menyadari harta yang ia miliki adalah titipan dari Tuhan.
Cerita ini ditulis oleh: Ni Wayan Lina Sri Lestari
Temukan cerita inspiratif terbaik kami lainnya pada postingan berikut ini:
Cerita dengan judul "Nelayan Dan Penyu Ajaib" merupakan cerita fiksi yang tokoh dan jalan ceritanya merupakan khayalan semata. Cerita tersebut bertujuan agar menjadi cerminan moral dalam berperilaku sehari-hari di dunia nyata baik dalam berpikir, berkata, maupun berprilaku.
Jika kalian sudah membaca cerita fiksi tersebut, Kebaikan apa yang dilakukan oleh Raka?
Raka tulus dan ikhlas menolong nenek tersebut
BalasHapus