Pagi-pagi sekali, Ani sudah bersiap-siap untuk mengunjungi pulau Nusa Penida. Ia ingin melihat keindahan alamnya yang terkenal itu dengan mata kepalanya sendiri. Setelah menyeberangi laut selama sekitar satu jam, akhirnya ia tiba di pulau itu.
Ani disambut oleh seorang pemandu wisata yang siap membawanya berkeliling pulau. Selama perjalanan, pemandu tersebut menceritakan tentang keindahan alam yang ada di Nusa Penida, termasuk terasering yang ada di sana.
"Kamu tahu, Ani, terasering di Nusa Penida terbentuk secara alami karena aktivitas manusia," kata pemandu tersebut.
Ani terkejut mendengar hal itu. Ia berpikir terasering hanya bisa dibuat dengan cara-cara yang rumit dan sulit.
Pemandu wisata itu kemudian menjelaskan bahwa sejak zaman dahulu kala, masyarakat Nusa Penida sudah memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam. Namun, karena lahan yang tersedia terbatas, mereka harus mencari cara agar tanaman bisa tumbuh dengan subur dan menghasilkan panen yang melimpah.
Maka, mereka mulai membangun teras-teras di lereng-lereng bukit yang curam. Setiap teras dipisahkan dengan dinding batu yang kuat, dan air dialirkan dari sumber di atas ke setiap teras.
Dalam waktu lama, aktivitas ini berlangsung terus-menerus. Hasilnya, terasering di Nusa Penida terbentuk secara alami, dan kini menjadi keindahan alam yang tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang sangat menarik.
Ani merasa terpesona dengan cerita yang didengarnya. Ia memandangi terasering yang ada di depan matanya dengan kagum, memikirkan betapa kerja keras dan kecerdikan manusia untuk menciptakan suatu keindahan alam yang luar biasa.
Dalam hatinya, Ani berjanji untuk terus menjaga keindahan alam ini dan mempromosikannya kepada orang-orang agar lebih menghargai alam dan budaya lokal yang ada di Indonesia.
0 comments:
Posting Komentar